ARSITEKTUR POST-MODERN
DOI:
https://doi.org/10.37598/rumoh.v9i18.79Kata Kunci:
Arsitektur modern, arsitektur post modernAbstrak
Kebangkitan revolusi industry yang dimulai pada awal abad XIX telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam skala besar pada pola hidup dan pola pikir masyarakat pada saat itu. Perubahan ini turut memberikan pengaruh besar dalam perkembangan arsitektur dan membawa perubahan tersendiri pada beberapa karya arsitektur. Dipelopori oleh Le Corbusier, arsitektur modern dengan tiga tahap perkembangannya mulai ditinggalkan pada tahun 1960-an. Sebagai penyempurnaan, lahirlah arsitektur post modern yang digagas oleh Charles Jencks. Beberapa bangunan yang mengaplikasikan design arsitektur post modern diantaranya adalah gedung bank nasional Georgia yang terletak di Tbilisi,Bangunan Hotel Asia yang terletak di Surakarta serta Museum Tsunami Aceh yang terletak di Banda Aceh. Arsitektur post modern selalu berusaha mempertahankan bangunan lama yang memiliki nilai sejarah tinggi dengan cara membuatnya berdampingan dengan bangunan baru sehinga keduanya akan saling mendukung. Meskipun tidak sepopuler gaya arsitektur lainnya, arsitektur post modern masih terus berkembang dan digunakan hingga saat ini.
Referensi
Dharma, Agus, Unsur Komunikasi dalam Arsitektur Post-Modern, http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ (Diakses tanggal 13 Februari, pukul 20:47)
Jenks, Charles, The Language of Post-Modern Architecture, Academy Editions and New York Rizzoli, London, 1960
Prawitro, Udjianto, Fenomena Post-Modernisme dalam Arsitektur Abad ke-21, Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional, 2010
Syarif, Rislan, Regionalisme dalam Kondisi Post-Modern, Jurnal Universitas Bandar Lampung, Bandar Lampung, 2012
Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997

Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2019 Qurratul Aini, Hayatullah

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.